Facebook adalah sosial media yang membuat kita menemukan orang-orang lama yang dulu pernah kita kenal, ataupun menemukan orang-orang baru. Sisi lain dari facebook, mengingatkan kita atas kejadian demi kejadian yang pernah kita alami, kenangan demi kenangan.

    Gue yang dulu masih rajin menuliskan kejadian lewat kolom sempit di facebook menulis status alay. Jika melihat kembali tulisan lama itu kadang terlihat menjijikan, sekarang facebook cuma jadi timeline berjalan dan gue hanya melihat status demi status, foto demi foto, jika ada yang kelihatan menarik gue coba untuk memberikan like dan komentar.

    Seorang fakir internet seperti gue jika ada koneksi internet gratis gue sempatkan untuk membuka facebook dan melihat tulisan dan foto di timeline berjalan, sampai ketika muncul sebuah album foto. Album foto itu bertulis "Buku Tahunan". Gue coba melihat foto-foto tersebut dan.... pemilik album itu bernama tiara, dia mantan gue dulu.

Facebook, kembali membuka luka lama. 

    Tiara adalah cewek manis bergingsul, nggak terlalu tinggi, rambutnya sebahu, terakhir gue tahu tiara masuk anggota paskibra dan jadi apa itu namanya yang bawa-bawa bendera pas upacara tujuh belasan? ya pokoknya tukang bawa bendera lah. Tiara ini juga seorang cheerleeders di sekolahnya.

Jujur, sekarang dia terlihat lebih baik. 

    Gue kenal Tiara dari keponakan gue namanya Dika, Tiara temen seangkatannya. Jarak gue dan keponakan cuma beda setahun dan Tiara setahun dibawah gue. Perkenalan tersebut nggak secara langsung tapi lewat media sosial facebook. Gue tau akun facebook tiara dari temen yang ada di profil facebook keponakan gue. 

    Keponakan gue adalah orang yang sangat paham cara gimana biar kegantengan oomnya nggak mubadzir, dia sering jadi orang yang membantu gue mengisi kekosongan hati. -- (jadi adik keponakan?, kamu mau hadiah apa dari oom?)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

   Gue mulai add facebook tiara dan kemudian beberapa hari permintaan pertemanaan gue diterima, saat gue liat tiara ternyata juga lagi on facebook. 

    Seperti cowok pada umumnya chat awal dalam mendekati cewek dimulai dari "hai". 

Tiara langsung membaca kemudian membalas "Hai, juga".

Beberapa saat sedang menulis, Tiara langsung membalas lagi "ini, oomnya dika ya?".

    Hati gue remuk, setua apa gue sampai dipanggil oom, padahal jelas foto profil gue terpampang wajah polos dan tampan bak adipati dolken.

          "hehe tau aja. Jangan panggil oom dong. Panggil abang aja. Hehehe :p"

         "iyadeh om, eh bang :p"

          "nah gitu dong :p"

     Setelah beberapa saat kami menyadari kalau kami chattingan dengan menggunakan emoticon melet tiap di akhir kalimat, kebayang gak sih kalau itu beneran ada di dunia nyata.

         "hai nama kamu siapa?" *kemudian melet*

         "namaku laura?" *balas melet*

         "hehehe nama kamu secantik wajah kamu" *melet lagi*

        "ah kamu bisa aja, HAHAHA" *ketawa sambil melet-melet* dan keliahatan kayak hewan apa gitu.

     Asik chattingan dengan Tiara, gue mulai menanyakan hal hal lebih detail tentangnya, nanya rumahnya dimana, dengan siapa, sedang berbuat apa, berapa saudara, dia kalau cebok cuci apa enggak, kalau cuci dia pakai tangan atau kaki.

      Sampai akhirnya gue mendapat informasi yang sangat amat teramat penting sekali banget, yaitu tiara jomblo!  Pas!

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

     Sampai akhirnya kami bertukar nomor togel. Jaman itu BBM belum seheboh sekarang,  Gue dan tiara sering bertukar kabar lewat hape butut yang ada senternya buat nyenterin lubang idung anoa.

    Tapi satu hal, gue dan Tiara nggak pernah punya niat buat ketemuan. Entah gue yang kurang peka atau dia yang belum siap buat ketemuan, entahlah. Yang jelas masa PDKT sama Tiara hingga saat ini gue masih sama, Phobia bawa kendaraan. Mungkin karena itu juga alasan gue gak pernah mau ngajak Tiara ketemuan.

  

     Kami masuk kedalam masa dimana "mau dikemanakan hubungan ini?", gue terus melakukan jurus sejuta umat para cowok yaitu "gombal kampret". Sampai akhirnya Tiara udah gak tahan, dan dia mengatakan sesuatu lewat sms dengan kalimat super panjang.

    Gue gak ngerti apa yang Tiara katakan, dia sms pakai bahasa inggris! Saat itu keponakan gue adalah kamus berjalan, dia gue suruh translate sms nya Tiara. Dan ternyata dia nembak gue lewat kalimat panjang dalam bahasa inggris itu.

     Gue rasa Tiara nggak murahan, harga dirinya gak turun karena dia yang nembak, mengatakan cinta hak semua orang, termasuk dia. Justru dia jadi lebih beda dari yang lain, dia gak gengsi buat mengungkapkan perasaannya. 

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

      Dia kembali menegaskan kebenaran itu, kali ini dengan bahasa indonesia. Dan akhirnya kami pun jadian. Gue dan Tiara punya banyak kesamaan dari mulai sama-sama bergingsul, sama-sama punya nama panjang yang awalannya sama, punya tanggal lahir dan bulan yang sama! sayang jenis kelamin kami beda.

    Dari banyak kesamaan itu, gue ngerasa cocok aja sama Tiara. kurang lebih tiga bulan gue menjalani hubungan sama Tiara, dan dalam tiga bulan itu gue dan dia belum pernah sekalipun bertatap muka.

    Sampai suatu ketika ada kakak kelas dari sekolah perawat gitu, awalnya cuma temen biasa, kemudian kakak adekan, kemudian malah jadi deket banget, dan kemudian ternyata dia adalah istri dari anak-anakku. oke ini becanda. 

      Rasa sayang gue yang sepenuhnya buat Tiara sekarang terbagi, kakak itu datang tanpa disengaja, dia lebih ngerti keadaan gue ketimbang pacar sendiri. Logikanya mungkin dia lebih dewasa.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

     Saat pulang magang pas masih SMK, gue ditinggalin temen pulang magang, dan akhirnya gue harus naik angkot. Jujur, sampai sekarang gue gak berani naik angkot, bawa motor, gue ngerasa gagal jadi cowo sejati. gue lebih ke cowo yang cemeeeeeenn abiiiss.

     Gue nggak berani naik angkot bukan takut dicopet, bukan karena takut di culik atau diperkosa, tapi karena gue kalau naik mobil itu mual mual, gue mabok. Hal itu terjadi, turun dari angkot gue langusng muntah segila-gilanya. Sampai dirumah gue disuguhi teh hangat, gue nelpon sang pacar tapi gak diangkat, gue sms tapi gak dibales. Sebaliknya gue sms dia si kakak anak perawat itu, dia lebih merhatiin kondisi saat itu, dia ada disaat gue butuh, dia memberikan perhatian lebih ketimbang Tiara.

     Tidak lama kemudian gue memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Tiara, gue memilih untuk menjalin hubungan yang lebih dengan si kakak. Setelah gue putus dengan Tiara, dan gue mulai dekat banget sama si kakak. selang beberapa hari gue mutusin Tiara, gue nembak si Kakak. 

     Kakak ini udah tau kalau sebelumnya gue punya pacar, tapi ya tetep dia sering ngasih perhatian lebih ke gue. Gue nembak kakak itu setelah beberapa hari putus dengan Tiara. Jawaban dari si kakak adalah "Maaf aku gak bisa, aku ngerasa jadi orang ketiga dan perusak hubungan kalian, aku mau kalian balikan lagi", dengan enteng dia ngomong gitu.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

      Perasaan gue gak karuan, gue jadi pengen keliling kota pakai angkot, terus ditabrak truk gandeng, usus gue keluar, burung bangkai mengerumuni tubuh gue hingga tinggal tulang, kemudian perlahan sisa-sisa daging gue diambil sama beberapa kelompok semut dibagikan sama semut-semut yang jadi anak kost disana.

    Gue gak mungkin tiba-tiba ngajak balikan sama Tiara, dimana harga dirinya, bagaimana perasaannya gue permainkan. Tapi gue mencoba untuk kembali. Karena gue yakin semua hal yang pergi sampai akhirnya juga akan kembali. Tapi sekarang situasinya beda ini bukan masalah siapa yang pergi dan kembali, ini masalah hati, ya hati.

      Gue sempat melakukan segala cara, agar gue bisa kembali sama Tiara. Tapi tetep aja hati bukan layangan yang dipermainkan, digantung, dan diulur tarik seenaknya :) sampai saat ini gue belajar dari sana, gue mengakhiri apa yang udah gue lakukan, gue menyadari apa yang udah terjadi.

     Akhir tahun kemarin gue pernah menghubungi Tiara lagi, gue menemukan akun line nya, gue kembali mencoba untuk kembali lagi. Tapi, gue malah jadi pengganggu buat dia  :)

      Mungkin sekarang belum saatnya :) gue berharap kita bisa bertatap muka untuk pertama kalinya, mengembalikan keadaan yang dulu pernah terjadi, tidak untuk seperti semula, seenggak nya bisa memperbaiki kesalahan yang ada, 

makasih Tiara.